Minggu, 02 Mei 2010

Optimis dalam Hidup & Perjuangan

Manusia cenderung memiliki ketahanan yang kecil, baik secara fisiologis maupun psikologis kecuali orang-orang yang memiliki tingkat keimanan yang stabil dan istiqomah. Terutama dalam kondisi seperti saat ini, begitu banyak kejadian, berupa musibah yang menimpa kaum muslimin., baik perseorangan maupun kelompok masyarakat. lihat saja, banyaknya rentetan musibah, mulai dari banjir, tanah longsor, kecelakaan lalulintas, pembunuhan, serta berbagai wabah penyakit.

Ini semua harus dihadapi dengan kekuatan iman kepada Allah, keyakinan atas takdir Allah. Semoga saja kejadian-kejadian tersebut, semakin memperkokoh keimanan kita kepada Allah. Setidak-tidaknya, berbagai kejadian itu menjadi pelajaran bagi kita semua. Inilah yang seharusnya menjadi pelajaran penting yang harus diambil dari berbagai peristiwa yang terjadi. Sebab, semuanya itu, terjadi atas kehendak dan sunnatullahNya. Meskipun begitu, hal itu tidak membawa kita menjadi orang yang atheis (tidak mengakui adanya Allah), yang tidak mengakui sebagai takdir Allah. Sebaliknya, kita harus meyakini betul, bahwa ini semua atas IradatNya.

Jika, keyakinan seperti ini kita miliki, maka akan menjadi modal utama untuk memperbaiki keadaan kita, baik secara pribadi maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Meskipun saat ini, kita menyadari, bahwa kaum muslimin lemah dari berbagai sisi kehidupan, dari segi ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta politik. Bahkan dari segi akhlak kita juga sangat lemah, padahal dulu akhlak menjadi kekuatan kaum muslimin.

Dulu, kaum muslimin boleh lemah dari segi ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi. Tapi, tidak pernah lemah dari segi akhlak. Pada waktu itu, kaum muslimin selalu tampil dengan akhlak terpuji. Ini berbanding terbalik dengan kondisi sekarang ini, kaum muslimin, hanya sedikit yang mempertahankan akhlak yang terpuji ini.

Terutama akhlak universal yang selama ini menjadi perhatian dunia, seperti; kejujuran, keadilan, yang dibutuhkan oleh semua manusia. Misalnya; saja Negara Jepang memiliki kejujuran yang hampir merata di semua masyarakatnya. Kerja keras, keadilan, kejujuran, serta amanah yang tinggi, menjadi akhlak sehari-hari mereka.

Padahal, semuanya itu milik kaum muslimin, sebab semuanya telah disebutkan, dan tidak ada yang luput dari ajaran Islam. Semuanya ada dalam ajaran Islam, ajaran yang hanif ini.

Namun terlepas dari semua itu, meskipun kita kaum muslimin mengalami kemunduran dan keterpurukan. Tapi kita harus yakin, bahwa keadaan itu pasti bisa berubah. Kita tidak boleh pesimis, bahkan kita harus optimis bahwa keadaan itu bisa berubah, kaum muslimin akan meraih kejayaannya kembali.

Ibda' binafsik

Untuk mencapai itu, umat Islam harus melakukan sunnatullah (sebab akibat), yang salah satunya disebutkan dalam Al Qur’an, yakni perubahan dalam diri kita. Allah berfirman: ”Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sampai dia merubah dirinya sendiri” (Q.S. Ar-Ra’d:12).

Berangkat dari ayat ini, dengan dilandasi oleh keyakinan, maka umat Islam bisa maju. Jika mereka bisa merubah apa yang ada dalam dirinya. Kalau umat Islam bisa memperbaiki dirinya sendiri, memperbaiki aqidahnya, akhlaknya, memperdalam ilmu agamanya. Yakinlah umat Islam bisa bangkit dan berjaya sebagai khairah ummah. Ini sunnatullah dari Allah.

Rumus yang harus diperhatikan
Selain itu, Allah juga masih memberi motivasi kita untuk bangkit lewat firmanNya; ”Wahai orang beriman, jika kamu menolong agama Allah, maka Allah akan menolong kamu”. (Q.S. Muhammad:7), Ini berbanding terbalik dengan orang kafir. Sebab, tidak ada satupun dalam Al Qur’an dan Hadits yang menegaskan bahwa Allah akan menolong orang kafir. Bila orang kafir eksis, itu atas Iradat Allah serta melalui hukum sebab akibat. Tapi bagi kita kaum muslimin, jika ingin berubah, akan mengalami percepatan perubahan sebab Allah akan senantiasa menolong kita.

Karena itu, Semua perjalanan Nabi dan Rasul, dimulai dari hal-hal yang mustahil, dalam waktu singkat, berubah menjadi hal-hal nyata, serta dapat eksis. Mengapa ini terjadi, tentu saja ini atas pertolongan Allah. “Adalah kewajiban Kami menolong orang-orang beriman. Jika orang-orang beriman mau ditolong oleh Allah, maka mereka harus bersungguh-sungguh memperlihatkan, bahwa mereka ingin ditolong Allah”.

Ini faktor kedua yang tidak boleh dilupakan oleh kaum muslimin. Mungkin di antara kita ada yang khawatir, buntu tidak mendapatkan jalan. Kita tidak perlu khawatir, tapi kita harus bersungguh-sungguh memulai upaya, dengan kerja keras niscaya Allah akan menunjukkan jalan-jalan tersebut. Keyakinan akan datangnya pertolongan dari Allah perlu kita pupuk dalam hati.

Bila kita baca dalam Al Qur’an dan Hadits, begitu banyak peristiwa yang menunjukkan hal ini. Pertolongan itu tidak hanya ditujukan pada Nabi dan RasulNya, tapi juga para sahabat, wali-wali, serta orang-orang shaleh. Ini menunjukkan, jika menolong agama Allah, akan mendapatkan pertolongan, di dunia, serta mendapat kebahagiaan di akhirat.

Sebagai contoh, kita akan mengangkat dua kisah. Kisah pertama sebagaimana diceritakan bahwa ada seseorang yang tersesat di dalam goa, tidak bisa keluar selama sepuluh hari. Nanti hari ke sepuluh orang tersebut ditemukan oleh anaknya. Setelah sampai di rumahnya, anak-anaknya bertanya; Bagaimana bisa hidup di dalam goa selama sepuluh hari? Padahal tidak ada makan dan tidak ada minum. Sang bapak lalu balik bertanya, apa yang kamu lakukan terhadap tetangga. Anak-anak itu lalu menjawab; kami memberi makan anak-anak yatim, kecuali kemarin karena kesibukan sehingga kami lupa. Bapaknya lalu berkata; saya telah menduga sebelumnya, karena selama sepuluh hari saya selalu mendapatkan susu disamping saya , tanpa saya tahu darimana asalnya, kecuali kemarin. Kisah di atas memberi pelajaran bahwa Allah akan menyelamatkan hambanya, ketika hamba suka menolong sesamanya.

Kisah kedua, seorang ibu yang ingin makan suatu makanan, ketika sudah siap dimasukkan dalam tubuhnya. Ternyata ada orang miskin yang lebih membutuhkan, maka si Ibu pun memberi makanan kepada orang miskin tersebut. Beberapa hari kemudian, anak ibu tersebut datang bercerita pada Ibunya. Bahwa beberapa hari yang lalu, dia mengalami peristiwa yang aneh, yang tidak tahu tafsirannya. Suatu hari Saya melewati hutan tiba-tiba seekor singa berhasil menangkap saya. Ketika berada ditangan singa dan akan diterkamnya. Tiba-tiba datang seorang yang memakai baju putih dan menyelamatkan saya dari genggaman singa. Lalu orang itu berkata; "satu suapan dengan satu suapan". Saya tidak tahu apa maksud orang tersebut.

Lalu Ibunya bertanya; kapan kejadiannya, ternyata waktunya sama dengan waktu Ibu memberi sesuap nasi pada orang miskin. Kedua kisah di atas, semakin memotivasi dan memberi keyakinan pada kita, bahwa sesungguhnya pertolongan Allah itu akan datang, jika seorang hamba menolong sesamanya dan agama Allah. Kalau saja menolong hamba Allah, Allah menolongnya. Apalagi menolong agama Allah, yang begitu banyak dalilnya dalam Al Qur’an dan Hadits.

Oleh karenanya itu, marilah kita merubah diri kita dan menolong agama Allah. Agar din Islam kembali jaya dan umat Islam mendapat kejayaannya. Semoga Allah memberi kesempatan kepada kita semua dalam memperjuangkan agamanya, serta kita tetap istiqamah di jalanNya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar